Ilustrasi
Densus 88 ::: Anggota Densus 88 berjaga-jaga di lokasi penggerebekan
teroris di Gang Asem, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Selasa (9/3/2010).
JAKARTA —
Sepanjang bulan Agustus hingga September 2012, Detasemen Khusus 88
Antiteror Polri melakukan sejumlah penangkapan terduga kasus terorisme.
Berdasarkan data yang dihimpun
Kompas.com, dalam waktu kurang
lebih sebulan tersebut, Densus telah meringkus 24 terduga teroris di
berbagai wilayah di Indonesia. Siapa saja puluhan terduga teroris yang
dibekuk?
Solo Pertama, penangkapan dua
terduga teroris di Solo, Jawa Tengah, pada 31 Agustus 2012, yaitu Farhan
(19) dan Mukhsin (19). Keduanya tewas dalam baku tembak dengan tim
Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88 Antiteror) di Jalan Veteran,
Solo.
Pada hari yang sama, di Karanganyar, Jawa Tengah, polisi
menangkap Bayu (22) dalam keadaan hidup. Dari keterangan Bayu, polisi
menangkap Firman, di Jalan Raya Kalimulya, Perumahan Anyelir 2, Depok,
Jawa Barat, pada 5 September 2012.
Farhan, Mukhsin, Bayu, dan
Firman diduga terlibat dalam aksi teror terhadap pos pengamanan dan pos
polisi di Solo selama bulan Agustus 2012. Pertama, aksi penembakan di
Pospam Simpang Gemblengan, Jumat (17/8/2012). Kedua, pelemparan granat
di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012).
Kemudian, aksi teror di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan,
Solo, Kamis (30/8/2012), yang menewaskan seorang anggota kepolisian
Bripka Dwi Data Subekti.
Depok-Solo Kedua,
penangkapan jaringan teroris Thorik. Penangkapan tersebut berawal dari
ditemukannya sejumlah bahan peledak di kediaman Muhammad Thorik (32) di
Jalan Teratai RT 02 RW 04 Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora,
Jakarta Barat, pada 5 September 2012. Saat itu, Thorik melarikan diri.
Kemudian,
terjadi ledakan bom rakitan di sebuah rumah di Jalan Nusantara RT 04 RW
13 Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2012). Rumah kontrakan tersebut
diketahui menjadi tempat penyimpanan bahan peledak. Terduga teroris ikut
jadi korban pada ledakan tersebut, yakni Wahyu Ristanto alias Anwar
yang akhirnya meninggal dunia di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur,
Rabu (12/9/2012), akibat luka bakar serius di bagian wajah dan lehernya.
Selanjutnya,
dua terduga teroris menyerahkan diri. Keduanya adalah Thorik yang
menyerahkan diri ke Pos Polisi Jembatan Lima, Jakarta Barat, Minggu
(9/9/2012) sore; dan Yusuf Rizaldi (42) alias Abu Toto ke Polsek
Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012) sekitar pukul
13.30.
Densus 88 juga menggeledah rumah kontrakan Yusuf di Bojong
Gede, Bogor, Senin, (10/9/2012). Di sana polisi menemukan bahan peledak
yang serupa dengan bahan-bahan yang ditemukan di Tambora dan Depok.
Tempat tersebut juga diketahui merupakan markas kelompok Thorik untuk
menyimpan dan merakit bom. Di Bojong Gede, polisi memboyong Arif.
Setelah
itu, dua terduga teroris ditangkap di Jalan Jombang Raya Sektor IX
Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (17/9/2012) siang. Keduanya
adalah A alias J (33) dan A alias S. Seusai penangkapan, polisi
menggeledah rumah di Tambun, Bekasi. Di sana polisi memboyong A.
Densus
88 kembali meringkus terduga teroris sebanyak delapan orang di Solo di
tempat berbeda-beda, Sabtu (22/9/2012). Mereka adalah BH (45), RK (45),
YP (60), FN (18), BN (24), K (43), IV (35), dan N (46). Delapan orang
tersebut diduga kuat termasuk dalam jaringan terorisme bersama Thorik.
Di
Kalimantan Barat, Densus 88 meringkus Anggri Pamungkas (18) di
perbatasan Desa Cobra dengan Desa Bloyang, Kecamatan Belimbing Hulu,
Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Sabtu (22/9/2012). Anggri terkait
jaringan Thorik yang diduga ikut merakit bom.
Keesokan harinya,
Minggu (23/9/2012), Densus 88 menangkap Joko Tri Priyanto (45) atau Joko
Parkit di rumah kerabatnya, Mondokan, Kecamatan Laweyan, Solo. Joko
Parkit dikenal sebagai pemimpin Kelompok Laweyan, basis pendukung
Noordin M Top di wilayah Solo. Joko bebas pada tahun 2007, setelah
sebelumnya dihukum tiga tahun penjara karena menyembunyikan Noordin M
Top seusai peledakan bom di Kedutaan Besar Australia.
Dari
pengakuan Thorik, mereka telah merencanakan bom bunuh diri untuk
diledakkan pada Senin (10/9/2012), yang dalam hal ini Thorik sebagai
pengantinnya.
Aksi teror tersebut direncanakan terjadi di empat
lokasi. Pertama, Markas Korps Brimob Polda Metro, Kwitang, Jakarta
Pusat; kedua, Pos Polisi di Salemba, Jakarta Pusat; ketiga, Kantor
Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Mabes Polri, Jakarta Selatan; dan
menyerang komunitas masyarakat Buddha terkait adanya penindasan kaum
Muslim Rohingya di Myanmar.
AmbonDi Ambon,
Maluku, Densus 88 meringkus enam terduga teroris di kawasan Gunung
Malintang, Kebun Cengkeh, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota
Ambon, Minggu (9/9/2012) malam. Setelah hasil pemeriksaan, empat orang
dilepas karena tak terkait kasus terorisme. WD (30) kemudian kembali
ditangkap di kawasan Dullah Darat, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual,
Provinsi Maluku, Kamis (13/9/2012).
Penangkapan di Ambon ini
diduga terkait kepemilikan dua senjata api organik, 3.000 amunisi, tujuh
magasin, dan sebuah granat yang ditemukan Densus 88 dalam sebuah
penggerebekan di rumah J, kawasan Gunung Malintang, Desa Batu Merah,
Kota Ambon, Minggu (9/9/2012).
Hingga kini Polri masih memeriksa
puluhan terduga terorisme ini. Mereka disebut-sebut sebagai kelompok
baru yang memiliki keterkaitan dengan jaringan lama. Kepala Biro
Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, Selasa
(4/9/2012), mengatakan, jaringan Farhan di Solo memiliki keterkaitan
dengan jaringan lama.
"Kalau kita lihat ada beberapa afiliasi. Ada kelompok NII (Negara Islam Indonesia) kewilayahan, ada juga yang
background-nya
mereka JAT (Jamaah Ansharut Tauhid). Ini memiliki keterkaitan dengan
yang terdahulu, tapi mereka sendiri merupakan kelompok baru yang infonya
mereka belum tetapkan namanya," ujar Boy.
Sementara itu, Polri
belum dapat memastikan keterkaitan antara terduga kasus terorisme di
Solo, Depok, dan Ambon. Terduga teroris lain—yang jumlahnya belum
dijelaskan—sedang dalam pengejaran Polri.