LOS ANGELES - Meluasnya protes
dan kerusuhan di berbagai belahan dunia sebagai reaksi atas peredaran
film Innocence of Muslims tidak hanya bikin pusing pemerintah Amerika
Serikat (AS). Produser film anti-Islam tersebut, Nakoula Basseley
Nakoula, saat ini juga tidak bisa hidup tenang. Bahkan, pria 55 tahun
itu akhirnya memutuskan tidak lagi kembali ke rumahnya di Cerritos,
pinggiran Kota Los Angeles, Negara Bagian California.
Pria yang punya banyak nama lain atau alias (termasuk Sam Bacile, nama
yang digunakan saat memproduksi film Innocence of Muslims), tersebut
merasa hidupnya tak aman lagi setelah secara sukarela menjalani
pemeriksaan pada Sabtu lalu (15/9). Lantas, dia tidak pulang ke rumahnya
dan memilih untuk mencari tempat persembunyian.
Nakoula diperiksa penyidik federal selama sekitar satu setengah jam
Sabtu siang lalu waktu setempat atau dini hari kemarin WIB (16/9).
Pemeriksaan berlangsung di kantor Cerritos County"s Sheriff.
Juru Bicara Cerritos County"s Sheriff Steve Whitmore menuturkan bahwa
setelah pemeriksaan selesai, beberapa personelnya mengantarkan Nakoula
ke sebuah lokasi yang tidak disebutkan alias rahasia. "Dia pergi. Kami
tidak tahu kemana perginya," ujar Whitmore. "Yang jelas, dia bilang
tidak akan kembali ke rumahnya," tambahnya.
Tak hanya Nakoula yang merasa hidupnya tidak aman. Penasihat penulisan
skenario film Innocence of Muslims, Steven Klein, juga mengaku sering
kali menerima ancaman pembunuhan. Klein telah lama dikenal sejak lama
sebagai tokoh anti-Islam.
"Saya benar-benar lelah," ujar Klein kepada koran lokal Press-Enterprise
yang datang ke rumah pria asal Riverside County itu kemarin. Saat
menerima tamu, Klein terlihat menggenggam pistol dan hanya mengenakan
celana pendek putih dengan bercak-bercak tinta di beberapa bagian.
Saat ini, penyidik federal fokus memeriksa Nakoula atas dugaan apakah
dia telah melanggar hukuman percobaan lima tahun yang dijatuhkan
pengadilan kepadanya dalam kasus kejahatan keuangan. Hukuman itu membuat
dia harus berada di bawah pengawasan petugas setelah dibebaskan
pasca-vonis 21 bulan penjara.
Hukuman tersebut dijatuhkan setelah Nakoula terbukti membuka rekening
bank dan kartu kredit dengan identitas palsu. Setelah dibebaskan pada
Juni 2011, Nakoula saat itu dilarang untuk mengakses internet atau
menggunakan nama lain atau alias tanpa persetujuan petugas pengawas.
Jika terbukti melanggar, hakim bisa mengirim Nakoula kembali ke balik
jeruji besi.
Dia secara sukarela memenuhi panggilan petugas federal dan dijemput
polisi di rumahnya sejak Jumat malam (15/9). Ketika keluar rumah Sabtu
pagi, dia menutupi wajahnya dengan syal, mengenakan topi, dan kacamata
hitam untuk menyamarkan identitasnya. Berhari-hari rumahnya diserbu
wartawan. Karena alasan itu pula, dia enggan pulang.
Potret Nakoula sendiri akhirnya beredar untuk pertama kali. Tabloid
Daily Mail berhasil mendapatkan gambar pria separo baya yang punya
banyak nama atau alias (seperti Nicola Bacily, Robert Bacily, Erwin
Salameh, dan Sam Bacile) itu. Dalam foto tersebut, Nakoula duduk di sofa
di samping Anna Gurji, salah seorang aktris film Innocence of Muslims.
Petugas berwenang sedang meninjau kasus Nakoula yang terbukti bersalah
dalam kasus kejahatan perbankan pada 2010. Saat itu, pengadilan
melarangnya menggunakan komputer atau internet dan identitas palsu
sebagai bagian dari hukumannya. Dia juga diwajibkan untuk membayar USD
790 ribu. Sayangnya, Whitmore tidak menjelaskan detail isi interogasi
terhadap Nakoula.
Biro Penyelidik Federal (FBI) mengidentifikasi Nakoula sebagai produser
film Innocence of Muslims. Film yang isinya anti-Islam dan melecehkan
Nabi Muhammad SAW itu memicu reaksi luas. Sejumlah kedutaan besar
(Kedubes) atau perwakilan AS di Timur Tengah didemo dan diserang.
Sebagian besar lokasi syuting film berlangsung di dalam kantor Media for
Christ, lembaga nirlaba yang bermarkas di Duarte, Los Angeles. Sebagian
dananya didapat dari kegiatan amal tahun lalu hingga lebih dari USD 1
juta.
Film tersebut disutradarai Alan Roberts, 65, veteran di industri
perfilman. Selama ini karya-karyanya didominasi film-film semiporno dan
aksi yang berlebihan. Menurut situs Gawker, sejumlah film karya Roberts
adalah Young Lady Chatterley II dan Karate Cop.
Gawker juga mewawancarai sejumlah pemain Innocence of Muslims yang
mengaku tertipu karena ditawari film epik fiksi. Roberts memilih pemain
untuk beberapa karakter atau tokoh, seperti George, Condalisa, dan
Hillary. Namun, saat versi filmnya beredar, tokoh-tokoh tersebut diubah
menjadi sosok Muhammad dan sejumlah tokoh dalam Alquran.
0 comments:
Post a Comment
1. Berkomentarlah yang baik
2. Jangan bermaksud untuk menghina
3. Kritik dan saran akan kami terima dengan baik
4. Komentar yang tidak baik akan kami spam