Tuesday, 18 September 2012

Protes masa tentang Film "Innocence of Muslims"



 

LOS ANGELES - Meluasnya protes dan kerusuhan di berbagai belahan dunia sebagai reaksi atas peredaran film Innocence of Muslims tidak hanya bikin pusing pemerintah Amerika Serikat (AS). Produser film anti-Islam tersebut, Nakoula Basseley Nakoula, saat ini juga tidak bisa hidup tenang. Bahkan, pria 55 tahun itu akhirnya memutuskan tidak lagi kembali ke rumahnya di Cerritos, pinggiran Kota Los Angeles, Negara Bagian California.

Pria yang punya banyak nama lain atau alias (termasuk Sam Bacile, nama yang digunakan saat memproduksi film Innocence of Muslims), tersebut merasa hidupnya tak aman lagi setelah secara sukarela menjalani pemeriksaan pada Sabtu lalu (15/9). Lantas, dia tidak pulang ke rumahnya dan memilih untuk mencari tempat persembunyian.

Nakoula diperiksa penyidik federal selama sekitar satu setengah jam Sabtu siang lalu waktu setempat atau dini hari kemarin WIB (16/9). Pemeriksaan berlangsung di kantor Cerritos County"s Sheriff. 

Juru Bicara Cerritos County"s Sheriff Steve Whitmore menuturkan bahwa setelah pemeriksaan selesai, beberapa personelnya mengantarkan Nakoula ke sebuah lokasi yang tidak disebutkan alias rahasia. "Dia pergi. Kami tidak tahu kemana perginya," ujar Whitmore. "Yang jelas, dia bilang tidak akan kembali ke rumahnya," tambahnya.

Tak hanya Nakoula yang merasa hidupnya tidak aman. Penasihat penulisan skenario film Innocence of Muslims, Steven Klein, juga mengaku sering kali menerima ancaman pembunuhan. Klein telah lama dikenal sejak lama sebagai tokoh anti-Islam.

"Saya benar-benar lelah," ujar Klein kepada koran lokal Press-Enterprise yang datang ke rumah pria asal Riverside  County itu kemarin. Saat menerima tamu, Klein terlihat menggenggam pistol dan hanya mengenakan celana pendek putih dengan bercak-bercak tinta di beberapa bagian.

Saat ini, penyidik federal fokus memeriksa Nakoula atas dugaan apakah dia telah melanggar hukuman percobaan lima tahun yang dijatuhkan pengadilan kepadanya dalam kasus kejahatan keuangan. Hukuman itu membuat dia harus berada di bawah pengawasan petugas setelah dibebaskan pasca-vonis 21 bulan penjara.

Hukuman tersebut dijatuhkan setelah Nakoula terbukti membuka rekening bank dan kartu kredit dengan identitas palsu. Setelah dibebaskan pada Juni 2011, Nakoula saat itu dilarang untuk mengakses internet atau menggunakan nama lain atau alias tanpa persetujuan petugas pengawas. Jika terbukti melanggar, hakim bisa mengirim Nakoula kembali ke balik jeruji besi.

Dia secara sukarela memenuhi panggilan petugas federal dan dijemput polisi di rumahnya sejak Jumat malam (15/9). Ketika keluar rumah Sabtu pagi, dia menutupi wajahnya dengan syal, mengenakan topi, dan kacamata hitam untuk menyamarkan identitasnya. Berhari-hari rumahnya diserbu wartawan. Karena alasan itu pula, dia enggan pulang.

Potret Nakoula sendiri akhirnya beredar untuk pertama kali. Tabloid Daily Mail berhasil mendapatkan gambar pria separo baya yang punya banyak nama atau alias (seperti Nicola Bacily, Robert Bacily, Erwin Salameh, dan Sam Bacile) itu. Dalam foto tersebut, Nakoula duduk di sofa di samping Anna Gurji, salah seorang aktris film Innocence of Muslims.

Petugas berwenang sedang meninjau kasus Nakoula yang terbukti bersalah dalam kasus kejahatan perbankan pada 2010. Saat itu, pengadilan melarangnya menggunakan komputer atau internet dan identitas palsu sebagai bagian dari hukumannya. Dia juga diwajibkan untuk membayar USD 790 ribu. Sayangnya, Whitmore tidak menjelaskan detail isi interogasi terhadap Nakoula.

Biro Penyelidik Federal (FBI) mengidentifikasi Nakoula sebagai produser film Innocence of Muslims. Film yang isinya anti-Islam dan melecehkan Nabi Muhammad SAW itu memicu reaksi luas. Sejumlah kedutaan besar (Kedubes) atau perwakilan AS di Timur Tengah didemo dan diserang.

Sebagian besar lokasi syuting film berlangsung di dalam kantor Media for Christ, lembaga nirlaba yang bermarkas di Duarte, Los Angeles. Sebagian dananya didapat dari kegiatan amal tahun lalu hingga lebih dari USD 1 juta.

Film tersebut disutradarai Alan Roberts, 65, veteran di industri perfilman. Selama ini karya-karyanya didominasi film-film semiporno dan aksi yang berlebihan. Menurut situs Gawker, sejumlah film karya Roberts adalah Young Lady Chatterley II dan Karate Cop.

Gawker juga mewawancarai sejumlah pemain Innocence of Muslims yang mengaku tertipu karena ditawari film epik fiksi. Roberts memilih pemain untuk beberapa karakter atau tokoh, seperti George, Condalisa, dan Hillary. Namun, saat versi filmnya beredar, tokoh-tokoh tersebut diubah menjadi sosok Muhammad dan sejumlah tokoh dalam Alquran.

0 comments:

Post a Comment

1. Berkomentarlah yang baik
2. Jangan bermaksud untuk menghina
3. Kritik dan saran akan kami terima dengan baik
4. Komentar yang tidak baik akan kami spam